Senin, 07 Juli 2014

Puisi "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta" Karya Rendra



Moral Oh Moral

Moral adalah bagian dari kehidupan manusia. Salah satu tokoh yang sering kali memunculkan karyanya yang berlatar belakang kehidupan kemanusiaan dan bertemakan sosial ialah Rendra.
Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta menggambarkan tentang keadaan moral bangsa kita. Dalam puisi ini penyair memperotes perbuatan semena-mena para pejabat, terutama mengenai derajat seorang wanita. Perhatikan kutipan dari sajak berikut:

Sarinah
Katakan kepada mereka
bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
tentang perjuangan nusa bangsa
dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
ia sebut kau inspirasi revolusi
sambil ia buka kutangmu

Melalui puisi ini Rendra menampilkan sebuah relita kekejaman yang terjadi pada wanita. Pelacur dalam puisi ini merupakan sebuah kekuatan tersembunyi dibalik kekejaman dan ketidakadilan yang dialami oleh wanita khususnya yang dilakukan oleh para pejabat.

Dan kau dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapar disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya

Kutipan sajak di atas menunjukkan bahwa para pejabat menggunakan alas an “Demi Rakyat” agar dapat menikmati tubuh wanita. Moral para pejabat benar-benar dipertanyakan. Kemunafikan para pejabat di negeri ini sangat tampak pada kutipan sajak berikut

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca Koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana Negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Kutipan di atas menunjukkan bahwa para pejabat termasuk orang yang bermuka dua. Ketika ia menikmati tubuh wanita, ia mengatakan wanita sebagai inspirasi revolusi. Namun, ketika ia berada dalam lingkungan pekerjaannya, mereka menghina wanita dengan menyebutnya sebagai sumber bencana Negara.
Saat ini puisi tersebut berhubungan dengan peristiwa penutupan lokalisasi terbesar di Asia yaitu gang dolly. Tempat prostitusi yang biasanya juga dikunjungi oleh para pejabat ditutup oleh pemerintah sendiri.



Lampiran

Sajak W.S. Rendra
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya


Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan


Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

Postkolonial Cerpen "Gembrit Foury" Karya M. Shoim Anwar


Apa Salahku??
Secara umum teori postkolonialisme sangat relevan dalam kaitannya dengan kritik lintas budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya. Tema-tema yang dikaji sangat luas dan beragam, meliputi hampir seluruh aspek kebudayaan, diantaranya politik, ideologi, agama, pendidikan, sejarah, antropologi, kesenian etnisitas, bahasa dan sastra, sekaligus dengan bentuk praktik di lapangan, seperti perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, pemaksaan bahasa, dan berbagai bentuk invasi kultural yang lain.
Teori postkolonialisme memiliki arti sangat penting, dimana teori ini mampu mengungkap masalah-masalah tersembunyi yang terkandung di balik kenyataan yang pernah terjadi, dengan beberapa pertimbangan, yaitu: Pertama, secara definitif, postkolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era kolonial. Postkolonialisme sangat sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang merdeka baru setengah abad. Jadi, masih sangat banyak masalah yang harus dipecahkan, bahkan masih sangat segar dalam ingatan bangsa Indonesia. Kedua, postkolonialisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme, sedangkan kita sendiri juga sedang diperhadapkan dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bertanah air. Teori postkolonialisme dianggap dapat memberikan pemahaman terhadap masing-masing pribadi agar selalu mengutamakan kepentingan bangsa di atas golongan, kepentingan golongan di atas kepentingan pribadi. Ketiga, teori poskolonialisme memperjuangkan narasi kecil, menggalang kekuatan dari bawah sekaligus belajar dari masa lampau untuk menuju masa depan.
Keempat, membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan psikologis.
Cerpen Gembritt Foury karya M. Shoim Anwar ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang Gembritt Foury dengan segala permasalahan hidupnya. Dalam cerpen ini nilai postkolonial sangat kental karena keluarga Gembrit adalah keluarga campuran kulit hitam dan kulit putih, sehingga kerap kali menjadi korban kekerasan dari kelompok anti kulit hitam. Terbukti pada kutipan berikut:

“…Lengkapnya Gembritt Foury. Tetapi saya lebih senang memanggilnya Gembritt. Dia adalah seorang imigran dari Mobile, Alabana. Di sana dia tinggal di daerah pemukiman campuran, tepatnya di Herndon Avenue. Ibunya seorang kulit hitam bernama Mary Gellhorn, dan ayahnya seorang kulit putih bernama Robert Duke. Banyak orang yang bersimpati pada keluarga ini. Namun banyak juga yang sinis karena nafas rasialisme masih berkembang di mana-mana.

Tiba-tiba gerakan kelompok Ku Klux Klan yang anti kulit hitam itu menggila. Ibu Gembritt suatu ketika ditemukan di belakang rumah dalam keadaan luka parah, bahkan hampir tewas. Ini tentu disiksa oleh kelompok itu. Korban kulit hitam memang terus berjatuhan secara misterius. Orang tua Gembritt akhirnya pindah ke Havana, Kuba.”

Dari kutipan di atas, terlihat perlakuan semena-mena kelompok anti kulit hitam. Bahkan mereka tidak segan-segan melukai orang-orang kulit hitam hingga banyak korban berjatuhan. Sikap orang kulit putih yang kerap memandang rendah orang kulit hitam memang kerap terjadi.
Diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam memang pernah terjadi di wilayah Afrika Selatan pada tahun 90-an, kelompok apartheid pada saat itu melakukan diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam sementara mereka yang berasal dari bangsa kulit putih diberikan hak yang lebih. 

“Malam itu telepon di kamar Gembritt terus berdering tiap tiga menit sekali. Tapi penelponnya tak juga mau bicara. Tampaknya ia cuma mau main-main, atau sengaja menteror barangkali. Kejadian itu berlangsung sekitar setengah jam.
"Aku mau keluar," kata Gembritt sambil melemparkan kunci pada saya. Sepertinya sudah tidak sabar dan ingin melesat saja. Tapi saya segera menyabet lengannya dan menarik mendekat.
"Ke mana kau?"
"Tunggu di sini!"
"Kau jangan terpancing oleh godaan, Gembritt."
"Ini bukan lagi godaan! Tapi teror!" katanya sambil mendelik.
"Apakah kau tahu siapa yang menelepon itu?"
"Dia pasti.... " kata-kata Gembritt terputus. Saat itu pula Gembritt membetot lengannya dan melesat pergi.
Telepon tak lagi berdering. Satu jam setelah itu Gembritt menelepon saya. Dia bilang akan ke rumah orang tuanya di Finca Vigia, sebuah kawasan luar kota Havana, selama seminggu. Ayah Gembritt sendiri katanya adalah mantan legiun Amerika yang sekarang mengalami cacat kaki karena diberondong oleh musuh.”

Kutipan di atas menunjukkan bahwa diskriminasi terhadap orang kulit hitam tidak hanya kekerasan secara langsung atau fisik, tetapi juga kekerasan psikologis yakni melalui terror.