Puisi "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta" Karya Rendra
Moral Oh
Moral
Moral adalah bagian dari
kehidupan manusia. Salah satu tokoh yang sering kali memunculkan karyanya yang berlatar belakang kehidupan kemanusiaan
dan bertemakan sosial ialah Rendra.
Puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
menggambarkan tentang keadaan
moral bangsa kita. Dalam puisi ini penyair memperotes perbuatan semena-mena
para pejabat, terutama mengenai derajat seorang wanita. Perhatikan
kutipan dari sajak berikut:
Sarinah
Katakan kepada mereka
bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
tentang perjuangan nusa bangsa
dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
ia sebut kau inspirasi revolusi
sambil ia buka kutangmu
Melalui puisi ini Rendra menampilkan sebuah relita kekejaman yang terjadi
pada wanita. Pelacur dalam puisi ini merupakan sebuah kekuatan tersembunyi dibalik kekejaman dan
ketidakadilan yang dialami oleh wanita khususnya yang dilakukan oleh para pejabat.
Dan kau
dasima
Khabarkan pada
rakyat
Bagaimana para
pemimpin revolusi
Secara bergiliran
memelukmu
Bicara tentang
kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya
basah
Dan tubuhnya
lemas
Terkapar disampingmu
Ototnya keburu
tak berdaya
Kutipan sajak
di atas menunjukkan bahwa para pejabat menggunakan alas an “Demi Rakyat” agar
dapat menikmati tubuh wanita. Moral para pejabat benar-benar dipertanyakan. Kemunafikan
para pejabat di negeri ini sangat tampak pada kutipan sajak berikut
Pelacur-pelacur
kota Jakarta
Berhentilah
tersipu-sipu
Ketika kubaca
Koran
Bagaimana badut-badut
mengganyang kalian
Menuduh kalian
sumber bencana Negara
Aku jadi
murka
Kalian adalah
temanku
Ini tak
bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut
badut
Mulut-mulut
yang latah bahkan seks mereka politikkan
Kutipan di
atas menunjukkan bahwa para pejabat termasuk orang yang bermuka dua. Ketika ia
menikmati tubuh wanita, ia mengatakan wanita sebagai inspirasi revolusi. Namun,
ketika ia berada dalam lingkungan pekerjaannya, mereka menghina wanita dengan
menyebutnya sebagai sumber bencana Negara.
Saat ini puisi
tersebut berhubungan dengan peristiwa penutupan lokalisasi terbesar di Asia
yaitu gang dolly. Tempat prostitusi yang biasanya juga dikunjungi oleh para
pejabat ditutup oleh pemerintah sendiri.
Lampiran
Sajak W.S. Rendra
Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Pelacur-pelacur
Kota Jakarta
Dari kelas
tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan
tersipu-sipu
Sesalkan mana
yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau
lewat putus asa
Dan kaurelakan
dirimu dibikin korban
Wahai
pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang
bangkitlah
Sanggul kembali
rambutmu
Karena setelah
menyesal
Datanglah kini
giliranmu
Bukan untuk
membela diri melulu
Tapi untuk
lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana
yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan
kaurela dibikin korban
Sarinah
Katakan kepada
mereka
Bagaimana kau
dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia
bicara panjang lebar kepadamu
Tentang
perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba
tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau
inspirasi revolusi
Sambil ia buka
kutangmu
Dan kau Dasima
Khabarkan pada
rakyat
Bagaimana para
pemimpin revolusi
Secara
bergiliran memelukmu
Bicara tentang
kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil
celananya basah
Dan tubuhnya
lemas
Terkapai
disampingmu
Ototnya keburu
tak berdaya
Politisi dan
pegawai tinggi
Adalah caluk
yang rapi
Kongres-kongres
dan konferensi
Tak pernah
berjalan tanpa kalian
Kalian tak
pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran
kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang
mengekang
Dan telah lama
sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah
tanpa guna
Para kepala
jawatan
Akan membuka
kesempatan
Kalau kau
membuka kesempatan
Kalau kau
membuka paha
Sedang diluar
pemerintahan
Perusahaan-perusahaan
macet
Lapangan kerja
tak ada
Revolusi para
pemimpin
Adalah revolusi
dewa-dewa
Mereka berjuang
untuk syurga
Dan tidak untuk
bumi
Revolusi
dewa-dewa
Tak pernah
menghasilkan
Lebih banyak
lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah
sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana
yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau
lewat putus asa
Dan kau rela
dibikin korban
Pelacur-pelacur
kota Jakarta
Berhentilah
tersipu-sipu
Ketika kubaca
di koran
Bagaimana
badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian
sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah
temanku
Ini tak bisa
dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut
badut
Mulut-mulut
yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan
kalian
Tidak semudah
membubarkan partai politik
Mereka harus
beri kalian kerja
Mereka harus
pulihkan darjat kalian
Mereka harus
ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku.
Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan
kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah
keliling kota
Sebagai panji
yang telah mereka nodai
Kinilah
giliranmu menuntut
Katakanlah
kepada mereka
Menganjurkan
mengganyang pelacuran
Tanpa
menganjurkan
Mengahwini para
bekas pelacur
Adalah omong
kosong