Rabu, 25 Juni 2014

Surat Terakhir

Dunia Masa Lalu

Cinta dapat memberikan bermacam perasaan dalam diri manusia. Senang, sedih, bahkan seseorang juga bisa hilang kesadaran gara-gara cinta.
Banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mengungkapkan rasa cinta pada orang yang dicintainya. Meskipun cinta itu sebatas pada masa lalu. Setiap orang pasti memiliki masa lalu termasuk dalam hal asmara. Pengungkapan perasaan cinta dapat dilakukan secara langsung atau secara sembunyi-sembunyi. Seperti yang dilakukan tokoh “Aku” pada cerpen yang berjudul “Surat Terakhir” karya M. Shoim Anwar.
Tokoh “Aku” dalam cerpen tersebut masih sangat mencintai mantannya meskipun ia dan sang mantan sudah memiliki keluarga masing-masing. Cara yang dilakukan tokoh “Aku” dalam mencintai masa lalunya adalah dengan menyimpan surat-surat dan foto yang berhubungan dengan mantannya yang bernama Susmia. Ia sering membaca kembali surat-surat dan terkadang melihat-lihat serta membayangkan limabelas tahun yang lampau ketika ia dan Susmia menjalin hubungan “pacaran”. Seperti pada kutipan berikut
…”Ayo cepat bubuk,” bocah berusia empat tahun itu kutidurkan. Kutepuk-tepuk punggungnya. Dia tertidur. Setelah itu kubaca surat-surat Susmia yang lain. Semua sudah lusuh, bahkan jejak lipatan-lipatan surat itu ada yang hamper putus karena terlalu sering dibuka dan dilipat. Foto Susmia pun aku lihat, aku amati bagian demi bagian. Terakhir kucium foto itu, seperti aku mencium Susmia limabelas tahun lampau.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa sebenarnya tokoh “Aku” masih mencintai mantannya yang bernama Susmia itu. Namun, keadaan tidak memungkinkan mereka untuk bersama karena mereka sudah sama-sama memiliki keluarga. Sehingga yang bisa ia lakukan hanya menikmati sejenak dunia masa lalunya bersama Susmia melalui angan-angan.
“Dari mana sampeyan tahu kerjaku di sini?” Tanya Susmia ketika kutelepon seminggu yang lalu. Sepertinya dia kaget.
“Tahu, aku selalu mengikutimu.”
“Ya?”
“Ya, berapa anakmu sekarang?”
“Tiga”
Aku terkejut. Perempuan yang sebenarnya masih kucintai ini sudah punya anak lebih banyak daripada aku.
Cuplikan dialog di atas memperkuat bahwa sebenarnya tokoh “Aku” masih sangat mencintai mantannya. Dia selalu mencari informasi tentang Susmia.

Cerpen yang berjudul “Surat Terakhir” karya M. Shoim Anwar ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia yang memiliki rasa cinta berhak mencintai siapapun asal tidak berlebihan. Terkadang orang yang kita cintai saat ini belum tentu akan menjadi milik kita di masa depan. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin berkurang pula orang-orang yang disayangi/ dicintai. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda