Surat Terakhir
Dunia
Masa Lalu
Cinta
dapat memberikan bermacam perasaan dalam diri manusia. Senang, sedih, bahkan
seseorang juga bisa hilang kesadaran gara-gara cinta.
Banyak
cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mengungkapkan rasa cinta pada orang
yang dicintainya. Meskipun cinta itu sebatas pada masa lalu. Setiap orang pasti
memiliki masa lalu termasuk dalam hal asmara. Pengungkapan perasaan cinta dapat
dilakukan secara langsung atau secara sembunyi-sembunyi. Seperti yang dilakukan
tokoh “Aku” pada cerpen yang berjudul “Surat Terakhir” karya M. Shoim Anwar.
Tokoh
“Aku” dalam cerpen tersebut masih sangat mencintai mantannya meskipun ia dan
sang mantan sudah memiliki keluarga masing-masing. Cara yang dilakukan tokoh
“Aku” dalam mencintai masa lalunya adalah dengan menyimpan surat-surat dan foto
yang berhubungan dengan mantannya yang bernama Susmia. Ia sering membaca
kembali surat-surat dan terkadang melihat-lihat serta membayangkan limabelas
tahun yang lampau ketika ia dan Susmia menjalin hubungan “pacaran”. Seperti
pada kutipan berikut
…”Ayo
cepat bubuk,” bocah berusia empat tahun itu kutidurkan. Kutepuk-tepuk
punggungnya. Dia tertidur. Setelah itu kubaca surat-surat Susmia yang lain.
Semua sudah lusuh, bahkan jejak lipatan-lipatan surat itu ada yang hamper putus
karena terlalu sering dibuka dan dilipat. Foto Susmia pun aku lihat, aku amati
bagian demi bagian. Terakhir kucium foto itu, seperti aku mencium Susmia
limabelas tahun lampau.
Kutipan
di atas menunjukkan bahwa sebenarnya tokoh “Aku” masih mencintai mantannya yang
bernama Susmia itu. Namun, keadaan tidak memungkinkan mereka untuk bersama
karena mereka sudah sama-sama memiliki keluarga. Sehingga yang bisa ia lakukan
hanya menikmati sejenak dunia masa lalunya bersama Susmia melalui angan-angan.
“Dari mana
sampeyan tahu kerjaku di sini?” Tanya Susmia ketika kutelepon seminggu yang
lalu. Sepertinya dia kaget.
“Tahu, aku selalu
mengikutimu.”
“Ya?”
“Ya, berapa
anakmu sekarang?”
“Tiga”
Aku terkejut. Perempuan
yang sebenarnya masih kucintai ini sudah punya anak lebih banyak daripada aku.
Cuplikan
dialog di atas memperkuat bahwa sebenarnya tokoh “Aku” masih sangat mencintai
mantannya. Dia selalu mencari informasi tentang Susmia.
Cerpen
yang berjudul “Surat Terakhir” karya M. Shoim Anwar ini menunjukkan bahwa kita
sebagai manusia yang memiliki rasa cinta berhak mencintai siapapun asal tidak
berlebihan. Terkadang orang yang kita cintai saat ini belum tentu akan menjadi
milik kita di masa depan. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin
berkurang pula orang-orang yang disayangi/ dicintai.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda