Anak Orang Gila
Ku Gila karenaMu
Manusia disebut sebagai makhluk
yang paling sempurna karena ia memiliki akal. Melalui akal tersebut, manusia
dapat berfikir, berkreasi dan berimajinasi.
Setiap manusia pasti memiliki
angan-angan, pemikiran positif dan pemikiran negatif. Seperti cerpen yang
berjudul “Anak Orang Gila” karya Shoim Anwar. Cerpen yang menceritakan seorang
lelaki yang memiliki istri dari anak orang gila yang kemudian lelaki itu takut
jika nanti istrinya atau keturunannya mengalami hal yang sama dengan bapak
mertuanya. Namun, ketakutan yang ia rasakan terlebih ketika sang istri hamil
hingga melahirkan bayi yang sehat justru membuatnya mengalami gangguan jiwa
(gila) seperti bapak mertuanya.
Tiga hal yang terdapat dalam
teori psikoanalisis, yakni ID, Ego dan Superego. Pada cerpen “Anak Orang Gila”
karya Shoim Anwar ID berupa pemikiran tokoh Aku. Ketakutan akan memiliki istri
atau anak yang gila sangat besar sehingga ia berfikir ingin mengakhiri
semuanya.
“Mendengar berita kehamilan itu
ketakutan saya mulai tumbuh kembali, bahkan semakin ganas”.
“suatu ketika saya bermaksud
meninggalkan Rani. Saya akan minggat. Pernah pula terlintas saya akan bunuh
diri. Biarlah segalanya tuntas. Niat semacam itu akhirnya kandas. Minggat tanpa
sebab artinya pengecut dan tidak bertanggung jawab. Bunuh diri harus saya jauhi
karena takut berdosa dan menunjukkan keciutan nalar. Ada yang bilang bunuh diri itu mendahului
kehendak Tuhan.”
Tokoh aku yang memiliki
pemikiran buruk mengenai istri dan anaknya yang berpotensi mengalami gangguan
jiwa atau gila akhirnya mampu meredam pemikiran itu meskipun hanya dalam jangka
waktu yang singkat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
ketakutan yang dialami tokoh aku sangat besar. Terbukti dari kutipan berikut
“sebaliknya, dengan tumbuhnya
kandungan Rani yang semakin besar, tubuh saya menjadi semakin kurus. Saya
selalu bersedih, nasi yang saya makan terasa pasir, air yang saya minum terasa
kerikil, dan tidur pun terasa dilempari batu. Ini berarti bertambah besar
kandungan Rani bertambah besar pula kandungan yang saya pikul.”
Ketakutan yang sangat kuat
tersebut menghasilkan pemikiran buruk kembali.
“Rencana selanjutnya pun
timbul. Saya akan membujuk Rani agar dia mau minum obat penggugur kandungan
yang telah saya beli secara diam-diam. Bila ia tak mau, ia akan saya ajak ke
rumah mbah Siti, dukun pijat yang pandai menggugurkan kandungan. Berhari-hari
rencana besar itu saya pikirkan. Pada suatu pagiperlahan-lahan saya bangkit
dari renungan. Rencana semalam untuk menggugurkan kandungan Rani saya buang ke
kali dan hilang disikat arus air. Beberapa kapsul penggugur kandungan itu saya
remas-remas, lalu saya hamburkan ke air. Ternyata pengguguran kandungan yang
sudah bernyawa itu sama dengan membunuh. Ah, saya takut berdosa lagi. Bukankah
tiap-tiap manusia punya hak untuk hidup?”
Semua angan-angan (ID) yang
terdapat dalam otak tokoh aku terkalahkan oleh Egonya. Apapun rencana buruk
yang akan ia laksanakan demi tidak memiliki keturunan gila kandas oleh hati
nuraninya. Hingga akhirnya ketika anaknya lahir dengan selamat, tak lama tokoh
aku menjadi gila seperti bapak mertuanya. Terbukti pada cuplikan berikut
“dia sekarang menjadi gila
seperti mertuanya”, kata seorang perempuan setengah berbisik-bisik kepada
temannya yang kebetulan lewat di jalan itu.”
Tuhan memberikan cobaan pada
umatnya melalui berbagai cara. Setiap cobaan yang diberikan Tuhan pasti ada
jalan keluar dan ada hikmah yang dapat dipetik.
Jika kita mengalami kesulitan,
maka Tuhan adalah tempat pelarian terbaik. Berserah diri dan tetap berpikir
positif adalah salah satu kunci memperoleh ketenangan rohani ketika kita
dilanda kebimbangan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda